Beranda | Artikel
Perayaan Maulid: Mau Merayakan Kelahiran Atau Kematian?
Selasa, 31 Januari 2012

 Perlu kita meninjau kembali perayaan bid’ah maulid, terutama tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan momentum perayaan bid’ah maulid. Tanggal yang diklaim sebagai hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah12 Rabiul Awal dan dipakai hingga saat ini sebagai momentum maulid. Ternyata tanggal tersebut bukanlah tanggal yang pasti sehingga perlu kita kaji ulang.

 

Ada pendapat bahwa tanggal 12 Rabi’ul awwal tidak shahih

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu,

وقد حقق بعض الفلكيين المتأخرين ذلك; فكان في اليوم التاسع لا في اليوم الثاني عشر.

“Sebagian ahli falak belakangan telah meneliti tentang tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata jatuh pada tanggal 9 Rabi’ul Awal, bukan 12 Rabi’ul Awal.” [Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitab Tauhid 1/238,  Darul Aqidah, Koiro, 1425 H]

 

Berkata ulama ahli sejarah Ibnu Katsir rahimahullahu mengenai atsar berikut,

عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَا: وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْفِيلِ

يَوْمَ الِاثْنَيْنِ الثَّانِيَ عَشَرَ مِنْ رَبِيعٍ الْأَوَّلِ وَفِيهِ بعث، وفيه عرج به إلى السماء،

وفيه هَاجَرَ، وَفِيهِ مَاتَ. فِيهِ انْقِطَاعٌ

“Dari Jabir dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun Gajah, hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan pada tanggal tersebut diutus menjadi nabi, melakukan isra’ ke langit, berhijrah dan meninggal. Sanadnya terputus [Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir 3/135, Dar Ihya’ At-Turats, 1408 H, Asy-Syamilah]

 

Ikhtilaf ulama mengenai tanggal lahir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Berkata Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu,

ثم اختلفوا فقيل: لليلتين خلتا منه وقيل: لثمان خلت منه وقيل: لعشر

وقيل: لاثنتي عشرة وقيل: لسبع عشرة وقيل: لثماني عشرة

“kemudian para ulama berselisih [mengenai tanggal kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam], dikatakan tanggal 2 Rabi’ul Awwal, tanggal 8 Rabi’ul Awwal, tanggal 10 Rabi’ul Awwal, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tanggal 17 Rabi’ul Awwal, dan tanggal 18 Rabi’ul Awwal” [Lathaa’iful Ma’aarif hal. 93, Dar Ibnu Hazm, cet. Ke-1, 1424 H, Asy-Asyamilah]

 

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu,

أن هؤلاء الذين يحتفلون بمولد النبي صلى الله عليه وسلم لا يقيدونه بيوم الاثنين،

بل في اليوم الذي زعموا مولده فيه

“Mereka berselisih mengenai waktu kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , perselisihan tidak hanya terbatas mengenai hari senin saja, bahkan mereka juga berselisih pada tanggal yang mereka sangka sebagai tanggal kelahiran beliau” [Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitab Tauhid 1/238,  Darul Aqidah, Koiro, 1425 H]

 

Ada klaim kesepakatan ulama tanggal wafat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Perlu diketahui bahwa pendapat tanggal kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang mengklaim bahwa disepakati yaitu 12 Rabi’ul Awwal. Para ulama berusaha mencari tanggal pastinya Karena ada kepentingan syariat di sana, yaitu sejak tanggal tersebut terputuslah wahyu sehingga jika ada klaim turun wahyu setelah tanggal tersebut maka tertolak. Walaupun ada ikhtilaf juga dalam hal ini. Berbeda dengan tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak ada kepentingan syariat pada tanggal tersebut.

 

Berkata ahli sejarah Ibnu Hisyam rahimahullahu,

واتفقوا أنه توفي – صلى الله عليه وسلم – يوم الاثنين … قال أكثرهم

في الثاني عشرمن ربيع ولا يصح أن يكون توفي صلى الله عليه وسلم إلا في الثاني

من الشهرأو الثالث عشر أو الرابع عشر أو الخامس عشر لإجماع المسلمين

على أن وقفة عرفة في حجة الوداع كانت يوم الجمعة وهو التاسع من ذي الحجة

“Para Ulama bersepakat bahwa Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  wafat pada hari senin… Mayoritas mereka berkata: pada tanggal dua belas Rabiul Awal. Dan tidak shahih tentang tanggal wafatnya kecuali pada hari kedua atau ketiga belas, atau keempat belas, atau kelima belas, karena sudah disepakati bahwa wuquf di arafah pada haji wada’ terhadap pada hari Jum’at, yaitu hari kesembilan bulan Dzulhijjah… “ [Ar-Raudh al-Anfu Syarhu Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam karya Imam as-Suhaili 4/439, Asy-Syamilah].

 

Merayakan kelahiran atau kematian?

Jadi perayaan bid’ah maulid setiap tanggal 12 Rabiul Awal itu, mereka harus bergembira dengan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau harus bersedih dengan wafatnya beliau? Jika kita lihat bahwa ternyata hari kelahiran beliau diperselisihkan akan tetapi ada klaim kesepakatan tanggal wafatnya beliau, maka mereka yang merayakan maulid itu, sedang bergembira dengan memperingati kelahiran atau sedang bersedih? Jika bersedih mengapa terkadang acaranya meriah dan bersenang-senang seperti makan-makan, kasidah, nasyid dan lain-lain?

 

Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid

8 Rabiul Awal 1433 H bertepatan 1 Februari 2012

Penyusun:  Raehanul Bahraen

Artikel http//muslimafiyah.com

 


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/perayaan-maulid-mau-merayakan-kelahiran-atau-kematian.html